(Desain: Rugun Sirait)

Pada Jumat malam (28/8), sebuah acara penganugerahan bertajuk Ambyar Awards diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta, MNCTV. Penganugerahan ini ditujukan untuk para musisi campursari dan dangdut milenial yang membawakan karya atau lirik lagu tentang patah hati, begitu kira-kira maksud dari penganugerahan ini dibuat. Pun penghargaan ini dirasa juga tercipta karena keberhasilan mendiang Didi Kempot dalam mendominasi musik Indonesia dalam dua tahun belakangan. Bahkan tidak dapat dibantah jika terma “ambyar” menjadi sangat melekat dengan mendiang Didi Kempot yang lirik lagunya didominasi tema patah hati. Tidak hanya itu, basis penggemar Didi Kempot pun menamai diri mereka dengan Sobat Ambyar.

Maka di satu sisi, penganugerahan ini dapat diartikan sebagai apresiasi televisi kepada mendiang Didi Kempot. Pun hal ini turut diejawantahkan dengan penghargaan Special Awards yang diberikan kepada mendiang sebagai acara puncak. Penganugerahan tersebut diterima langsung oleh salah satu istrinya, Saputri. Hingga pada skema tersebut, saya bersepakat jika Didi Kempot memang pantas mendapatkan anugerah tersebut. Selain itu, adanya penganugerahan ini dapat dipandang sebagai rekognisi atau pengakuan televisi (pusat/Jakarta) terhadap penyanyi, grup, dan band lainnya yang mengusung tema serupa, “ambyar”. Alhasil beberapa nama yang sebelumnya tidak dikenali dalam lanskap industri musik pusat—tetapi sudah sangat gemilang dalam industri musik daerah—ikut hadir dalam acara tersebut. Beberapa dari mereka pun mendapatkan penganugerahan lebih dari satu.

Tentu hal itu dapat dipandang sebagai pencapaian untuk penyanyi dangdut muda dan genre dangdut yang dalam dua tahun belakangan juga sama riuhnya di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Namun di sisi yang lain, apakah Ambyar Awards ini memang diperlukan oleh para penyanyi dangdut lokal? Pasalnya para penyanyi muda yang terlibat juga telah memiliki massa yang tidak sedikit. Apakah jangan-jangan Ambyar Awards hanya sebagai akal-akalan televisi untuk menjaring bakat atau penyanyi lain yang dapat mengakomodasi para penggemar Didi Kempot? Atau, apakah Ambyar Awards adalah ketunggang-langganan televisi dalam mengelola (baca: mengeksploitasi) Sobat Ambyar setelah ditinggalkan sang lord of the broken heart?

Gagal Memetakan Ambyar

Pada Ambyar Awards, hampir semua penyanyi dangdut Jawa yang tengah naik daun datang ke Studio RCTI+ Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Sebut saja Inul Daratista yang berjuang dari ekosistem dangdut koplo dan sudah malang melintang di industri musik Jakarta, hingga Happy Asmara yang kini tengah naik daun karena beberapa lagunya. Tidak hanya itu, para biduan pria, seperti Cak Sodiq dari lanskap dangdut koplo, Abah Lala yang menginisiasi senggakan Cendol Dawet, hingga biduan lanang milenial yang aktif memproduksi lagu, seperti Denny Caknan dan Ndarboy Genk ikut hadir untuk memperebutkan salah satu kategori.

Selain itu, mereka yang ternominasikan dianggap oleh panitia menjaga resonansi keambyaran yang sebelumnya diciptakan oleh mendiang Lord of Broken Heart, Didi Kempot. Atas dasar itu, terdapat delapan kategori yakni Penyanyi Cover Lagu Terambyar, Pendatang Baru Terambyar, Penyanyi Wanita Favorit Terambyar, Penyanyi Pria Favorit Terambyar, Lagu Patah Hati Favorit, Lagu Patah Hati Terbaik, Penyanyi Terambyar Wanita Terbaik, Penyanyi Terambyar Pria Terbaik. Di setiap kategori, terdapat 4 hingga 6 nama penyanyi atau judul lagu yang dikontestasikan.

Sementara itu untuk memenangkan nominasi, ada lima kategori yang dapat dimenangkan dengan cara voting dari pemirsa dan tiga kategori dari hasil keputusan juri. Untuk kategori yang dilakukan dengan cara voting, kategori Penyanyi Cover Lagu Terambyar dimenangkan oleh Tiara Andini; Pendatang Baru Terambyar dimenangkan oleh Dory Harsa; Penyanyi Wanita Favorit Terambyar dimenangkan oleh Via Vallen; Penyanyi Pria Favorit Terambyar dimenangkan oleh Dory Harsa; dan Lagu Patah Hati Favorit dimenangkan oleh Denny Caknan dengan lagu “Sugeng Ndalu”.

Sedangkan tiga kategori lainnya yang mengikuti keputusan juri, yakni: Lagu Patah Hati Terbaik dimenangkan oleh Denny Caknan dengan lagu “Kartonyono”; Penyanyi Terambyar Wanita Terbaik dimenangkan oleh Tasya Rosmala; dan Penyanyi Terambyar Pria Terbaik dimenangkan oleh Denny Caknan. Juri dari penganugerahan ini adalah Bens Leo pengamat musik; Koko Thole yang lebih banyak berjibaku pada lagu Jawa, campursari, dan keroncong; dan Sruti Respati, penyanyi perempuan yang akrab dengan lagu Jawa, keroncong, dan campursari.

Dari penganugerahan tersebut, tampak tidak ada hal yang keliru jika kita melihatnya secara cepat. Namun, kejanggalan demi kejanggalan justru muncul jika kita menyimak penganugerahan ini lebih mendalam. Kejanggalan pertama yang sangat mudah ditemukan adalah tujuan dari penganugerahan ini dihelat. Pada laman resmi RCTI+ (yang juga terkoneksi dengan MNCTV karena di bawah kepemilikan Hary Tanoe), tertera:

Ambyar Awards 2020 adalah acara penganugerahan yang diselenggarakan MNCTV dan ditujukan bagi para musisi campursari dan dangdut milenial di Indonesia yang membawakan karya atau lirik lagu tentang patah hati. Ambyar Awards akan disiarkan secara langsung dari Studio RCTI+.i

Dari pernyataan tersebut tertulis musisi campursari dan dangdut. Bahkan campursari tertulis pada urutan pertama, di mana genre ini seharusnya mendapatkan porsi lebih besar. Namun pada kenyataannya, kita justru tidak menemukan nama penyanyi campursari yang menjadi nominator dari kedelapan kategori.

Jika demikian, mengapa terma campursari perlu ditautkan? Atau mengapa tidak ada penyanyi campursari yang dinominasikan? Jika ada, mengapa jumlah yang dinominasikan tidak proporsional? Dari hal ini, saya justru mencurigai jika pengetahuan pihak penyelenggara atas musik tertaut tidaklah utuh. Mereka gagal memetakan genre campursari dan dangdut dari para penyanyi muda yang menjadi nominator. Hal inilah yang membuat beberapa nama penyanyi dan judul lagu yang dikontestasikan menjadi terbatas dan kadang tidak pas. Jika demikian, lantas apakah juri yang dipilih juga sesuai?

Selain itu, dampak yang perlu lebih diperhatikan adalah minimnya pengetahuan penyelenggara justru membuat penyeragaman atas campursari dan dangdut. Hal ini tentu berbahaya, di mana penyeragaman membuat penyederhanaan atas upaya keras dari penyanyi yang telah berdarah-darah di skena musik campursari dan dangdut lokal. Walau tidak dapat dipungkiri jika semakin ke sini, keberlangsungan musikalitas kedua genre ini saling bersilangan satu sama lain. Maka alangkah elok jika Ambyar Awards dapat mengakomodasi campursari, dangdut, dan perbauran keduanya.

Tidak hanya itu, kegagapan ini membuat home band memukul rata cara mengaransemen musik di dalam gelaran tersebut. Padahal terdapat tiga jenis genre yang dimainkan, yakni campursari, dangdut koplo, serta dangdut milenial. Sederhananya, semua lagu diperlakukan dengan satu moda musik yang sama. Semisal Pendhoza yang mengusung hiphop tapi justru diaransemen secara koplo, dan seterusnya. Jika demikian, tidak salah jika saya menyebut sudut pandang yang sempit dari penyelenggara membuat warna musik menjadi tunggal.

Belum lagi, judul tayangan Ambyar Awards di channel youtube MNCTV Official tertulis “Ambyar Awards Apresiasi Insan Musik Campur Sari Indonesia”, silakan masuk ke link ini untuk melihatnya. Dari hal ini, saya justru tambah mencurigai pihak penyelenggara tengah melakukan framing kepada masyarakat atas musik tertentu. Kecurigaan lainnya adalah framing tersebut diciptakan untuk kebutuhan komodifikasi musik yang bisa dilakukan selanjutnya, di mana televisi mencari musik yang bernuansa serupa dengan lagu mendiang Didi Kempot agar mereka tidak kehilangan keuntungan yang didapat dari Sobat Ambyar begitu saja. Maka dengan label penganugerahan, tindakan framing dan komodifikasi akan lebih terafirmasi dan mau tidak mau diterima oleh khalayak.

Lantas apakah kemenangan dari setiap kategori menjadi persoalan? Tentu hal ini bukan kekeliruan dari para nominator dan penonton. Terlebih kemenangan kategori yang diputuskan dari hasil voting penonton didasarkan oleh banyaknya penggemar dari penyanyi tertentu. Sebut saja Tiara Andini—juara dua Indonesia Idol 2020—yang memenangkan kategori Penyanyi Cover Lagu Terambyar, padahal video cover “Pamer Bojo”—karya Didi Kempot—oleh Tiara Andini yang berjumlah 32 juta kali tonton justru kalah jumlah penonton dengan Nella Kharisma yang berjumlah 39 juta kali tonton (data jumlah diakses pada 25 Oktober 2020). Dari sini, kekuatan penggemar menjadi juru kunci dari pemenangan kategori. Maka proses penominasianlah yang perlu ditilik ulang.

Hal yang justru menarik adalah negosiasi atas komodifikasi yang dilakukan televisi justru terjalin dari para nominator, semisal ketika Denny Caknan yang mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang ia terima sembari berikrar untuk melanjutkan perjalanan menyanyikan lagu Jawa seperti mendiang Didi Kempot. Secara dramatis dengan air mata yang jatuh di pipi Denny Caknan, ia mendedikasikan penganugerahan yang ia dapat untuk mendiang Didi Kempot.ii Tidak hanya itu, aksi yang tidak kalah menarik ditunjukkan oleh penyanyi wanita favorit terambyar pilihan pemirsa, Via Vallen, di mana ia mengajak semua nominator, yakni Happy Asmara, Jihan Audy, Tasya Rosmala, dan Nella Kharisma (tidak hadir) untuk naik ke atas panggung. Via mempersembahkan pialanya untuk semua nominator sembari mengucap “Hidup Dangdut Jawa” di akhir pidato kemenangannya.

Bagi saya, Denny ataupun Via menunjukkan sikap bahwa mereka tidak hanya sekadar menerima penganugerahan, tetapi telah melakukan negosiasi atas komodifikasi yang dilakukan televisi. Mereka membuat pihak penyelenggara tidak hanya menggunakan mereka sebagai mesin pencetak keuntungan, melainkan menjadi ruang yang tepat untuk mengartikulasikan kompleksitas musik yang mereka perjuangkan. Bertolok dari hal ini, kita bisa sama-sama merefleksikan seberapa jauh tarik ulur terma “ambyar” dapat mengakomodasi perasaan patah hati dan memetakan kompleksitas ekosistem musiknya secara menyeluruh. Dengan begitu kehadiran Ambyar Awards ke depan dapat menjadi penganugerahan yang bonafit dan ruang apresiasi kepada insan musik yang tepat sasaran.[]


[i] https://www.rctiplus.com/programs/921/ambyar-awards-2020 diakses pada 25 Oktober 2020.

[ii] https://celebrity.okezone.com/read/2020/08/28/598/2269268/menang-ambyar-awards-denny-caknan-sedih-ingat-didi-kempot diakses pada 25 Oktober 2020.