Selama bukan April  2017, Yogyakarta mendapat kunjungan dari Andrew Weintraub, pengajar Ethnomusicology dari University of Pittsburgh. Julukan yang dikenakan kepadanya ‘Professor Dangdut’ ini sedang di Indonesia dalam rangka riset sabbatical.

Dalam kunjungannya ke Yogyakarta, penulis buku Power Plays ini menjadi pembicara dalam dua forum diskusi terbuka. Dalam seminar “Kritik Sosial dan Pembangunan” yang diadakan PSdK Jurusan Fisipol Universitas Gadjah Mada, beliau memaparkan manifestasi musik dangdut sebagai kritik sosial dan perannya dalam pembangunan. Dalam acara itu juga terdapat dua pembicara lainnya, Hempri Suyatna untuk pembahasan kritik sosial dalam campur sari, serta Rizky Sasono yang mengulas tentang musik indie di Indonesia.

Dalam forum yang lain, musisi kelompok Dangdut Cowboys yang berbasis di Pittsburgh, Pennsylvania ini membahas metodologi atas penelitiannya terkini. Dengan tajuk “Writing The History of Popular Musik in Indonesia After Soeharto”, yang diadakan Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada, Weintraub memberi pandangan atas bagaimana riset atas populer musik diberlangsungkan.

Kajian musik populer memang belum mendapat tempat di institusi pendidikan formal. Begitulah salah satu isu itu dibicarakan bersama beberapa peneliti LARAS dalam pertemuan santai yang digelar di Kedai Kebun Forum awal April lalu. Selain membicarakan kegiatan LARAS, pertemuan makan malam itu juga diwarnai dengan isu-isu dalam kajian ethnomusikologi di institusi pendidikan barat. Selain kajian musik populer, beberapa penelitian di University of Pittsburgh juga melibatkan sound studies sebagai pijakan yang juga ditawarkan dalam program pendidikan pasca sarjana.

Gelar Professor Dangdut pun tak lupa dibahas karena belum lama ini sebuah televisi nasional Indonesia mencantunmkan julukan itu ke dalam sebuah acara kuis sebagai pengetahuan umum. Berbagai reaksi dan komentar pun muncul baik dari kalangan akademisi di Indonesia maupun di Amerika Serikat. Terlepas dari itu semua, mungkin ini konsekuensi dari bagaimana seorang peneliti dalam menggali isu yang menjadi fokusnya. Lewat bukunya ‘Dangdut Stories’ Ia layak mendapatkan julukan itu.