Dalam masyarakat kontemporer, yang semakin global, gagasan multikulturalisme yang menyatakan “kedamaian dunia akan tercapai jika kita saling menghormati budaya lain,” tampak menemukan jalan buntu. Melihat kecenderungan global ini, Ensemble Asia Orchestra mencoba memberlangsungkan musik sebagai cara membangun bentuk-bentuk baru dan kesepakatan baru dalam relasi antar manusia. Ensemble Asia Orchestra mencoba menggelar metode-metode baru dalam menciptakan unit tunggal dari dengan berbagai latar belakang budaya yang saling menghormati, sebuah kerja yang ambisius yang menawarkan visi baru pertukaran budaya di tengah era globalisasi.
Dalam presentasinya OTOMO Yoshihide, MORINAGA Yasuhiro dan ARIMA Keiko yang tergabung dalam Ensemble Asia Orchestra memunculkan inisiatif mereka untuk menjalin hubungan antar manusia yang tidak melulu ada dalam wacana pemikiran. Tidak seperti orkestra biasanya yang mencari peningkatan teknik atau pergelaran yang tepat, Ensemble Asia Orchestra menawarkan program kepada masyarakat umum, sebuah program dimana setiap orang dapat berpartisipasi, dengan tidak mempertimbangkan kepandaian atau pengalaman dalam bermain alat musik.
Presentasi publik yang diadakan di selasar Teater Garasi dan dimoderatori oleh Rizky Sasono dari Laras dihadiri 40 partisipan dan menelisik proses partisipatif Ensemble Asia Orchestra di Jepang, Vietnam dan Myanmar bersama partisipan dengan pengalaman bermusik yang minim, atau mencoba memberlangsungkan proses dalam cara-cara non-teknis dengan mereka yang punya pengalaman. Paparan Arima Keiko ketika di Thailand partisipan yang terdiri dari berbagai kalangan kelas dan usia mebuat instrumen dari obyek keseharian seperti peralatan dapur, pipa PVC dan rantai besi.
Percakapan berlangsung seputar proses dengan beberapa pertanyaan esensial mengembalikan kita pada pertanyaan dasar ‘apa itu musik’, dan bagaimana musik diberlangsungkan. Sebagai bentuk, instrumen musik serupa digunakan di Indonesia untuk mengamen seperti halnya pipa PVC atau kotak bass dengan tiga senar. Aspek ekonomi seperti pengamen dimunculkan oleh Irfan R. Darajat dalam melihat kemiripan instrumen yang terlihat dalam video proses Ensemble Asia Orchestra. Otomo Yoshihide menyatakan bahwa tujuan utama dalam proyek partisipasi musik ini adalah mengenal lebih jauh budaya masyarakat tertentu dan belum sampai pada refleksi atas bagaimana melihat penggunaan instrumen tertentu dalam masyarakat. Sebagai musisi kontemporer, Otomo pun harus menghilangkan jebakan-jebakan artistik tertentu dalam menciptakan musik bersama masyarakat. Ia lebih mementingkan proses daripada hasil karya itu sendiri.
Menjawab pertanyaan yang dilontarkan pada akhir sesi, “Apa yang berubah dalam melakukan proses ini?” Dari perspektif pelaku musik Otomo menjawab ia jadi bisa menikmati dance music ketika proyek serupa dilakukan di Fukuoka. Jawaban yang lebih humanis keluar dari musisi kontemporer Morinaga Yasuhiro, “Saya jadi bisa senyum lebih sering.”