(Ilustrasi: @candraniyulis)

Kepergian Glenn Fredly yang mendadak mengejutkan banyak orang. Siapa yang tidak mengenalnya? Ia pernah jadi bagian hari-hari kita. Selama 25 tahun terakhir, penyanyi kelahiran 30 September 1975 ini sudah menemani banyak generasi tumbuh, terutama di kala hati berselimut duka.

Lagu-lagunya yang didengar lewat beragam pemutar musik, mulai walkman, tape, radio, mp3, hingga handphone mampu menunjukkan panjang karir Glenn di industri musik Indonesia. Di rentang waktu ini pula, Glenn berkembang dari yang sebelumnya dikenal hanya sebagai pelantun lagu cinta menjadi aktivis yang kerap menyuarakan isu sosial di Indonesia Timur maupun dialog antara agama.

Ingatan masa lampau kami pun menyeruak seiring dengan berita-berita tentang kepergiannya. Sebagai bentuk terima kasih atas musik-musiknya yang mengendap dalam memori kami, minggu ini LARAS menyusun mixtape yang memuat karya-karya Glenn Fredly. Lima judul dalam mixtape ini bukan sekedar tentang bagaimana kami merawat kenangan personal, tapi juga diharapkan bisa memberi secuil potret tentang lintasan perjalanan musik sang Nyong Ambon dari dekade ke dekade. Untuk menikmatinya bisa diakses di sini.

1. Cukup Sudah (1998) – Irfan R. Darajat

“Cukup Sudah” adalah lagu yang memperkenalkan saya dengan Glenn Fredly. Gesturnya dalam lagu ini mengingatkan saya pada Craig David, iramanya membuat kita bergoyang lembut. Rupanya Glenn Fredly melampaui bayangan saya, bahwa dia hanya sekadar penjiplak Craig David, lagu-lagu setelahnya membuat karakternya semakin matang. Lagu-lagu patah hatinya nyaris selalu menjadi lagu kebangsaan kawan-kawan saya ketika SMP.

2. Selamat Pagi (2002) – Heditia Damanik

Kabar meninggalnya Glenn melayangkan ingatan ke dua windu lalu, saat mendengarkan album “Selamat Pagi, Dunia!” menjadi ritual pagi saya ketika melakukan tugas-tugas domestik sebagai seorang anak yang berbakti. Lagu berjudul sama di album ini–yang ada di track pertama side B–adalah yang paling saya gandrungi. Musiknya yang enerjik membantu untuk mengumpulkan mood demi hari-hari remaja yang cerah.

Di rentang waktu yang sama, ketertarikan saya pada teknik menyanyi indah mulai muncul. Hal ini tidak lepas dari ajang pencarian bakat yang kembali booming di pertengahan tahun 2000-an lewat Akademi Fantasi Indosiar (AFI) dan Indonesian Idol. Song Selection adalah hal yang sangat penting dalam ajang pencarian bakat. Mungkin itu yang diamini oleh para pengelola acara pencarian bakat kala itu (bahkan hingga saat ini). Tak heran, lagu-lagu Glenn Fredly kala itu kerap dibawakan oleh para peserta. Selain liriknya bisa dirasakan banyak orang, musiknya juga gampang dicerna, ruang dalam lagu-lagu Glenn pun banyak memberikan kesempatan bagi para penyanyi untuk melakukan improvisasi, baik secara teknik maupun penghayatan. Pun buat saya pribadi, lagu-lagu Glenn selalu jadi pilihan untuk bisa sedikit-sedikit mempraktikkan vocal control, penggunaan head voice yang baik, riff and runs dan hal-hal lain yang sangat practical dalam bernyanyi.

3. Terserah (2008) – Michael HB Raditya

Rasanya dusta jika manusia tidak pernah patah karena soal hati. Entah bagaimana, kita—saya dan kamu yang sedang membacanya—seakan satu frekuensi. Mau ditinggal orang terdekat, dibohongi pasangan, diselingkuhi sahabat, dikhianati rekan sejawat, ada saja kisah yang membuat kita menyerah. Jika sudah menyerah, rasanya hampa dan kekosongan adalah teman terdekat, dan musik selalu menjadi obat mujarab. Lagu-lagu Glenn Fredly menemani saya untuk mengeluarkan “racun” bernama sakit hati. Mendengar lirik demi lirik, baris demi baris membantu saya untuk percaya bahwa saya tidak sendiri. Percaya bahwa mempertahankan cinta tetapi menyiksa itu sebuah kesia-siaan. Terserah kali ini//sungguh aku tak ‘kan peduli//ku tak sanggup lagi//jalani cinta denganmu//biarkan ku sendiri//tanpa bayang-bayangmu lagi//ku tak sanggup lagi//mulai kini semua terserah// adalah sikap akan kejengahan dari sebuah hubungan yang dikhianati.

Terima kasih Glenn sudah mengajari saya meraba dalamnya cinta dan sikap yang patut dilakukan jika sebuah hubungan tidak lagi dinaungi rasa setia.

4. Hikayat Cintaku (2008) – Michael HB Raditya

Tahun 2008 lagu ini dirilis. Ketika itu saya belum mencintai dangdut sebegininya. Saya melihat video clip tersebut disiarkan di salah satu program musik ketika itu. Jujur saya kaget jika Glenn yang berkolaborasi dengan seorang biduanita yang tenar dengan goyang gergajinya, Dewi Persik. “Apakah Glenn akan menjadi biduan dangdut?”, pikir saya ketika itu. Lagu ini seakan mengusik memori saya akan Glenn yang romantis “digergaji” oleh goyangan biduanita asal Jember tersebut. Namun ketika mendengarnya, saya buru-buru tersadar bahwa lagu ini tidak sembarangan. Iringan musiknya begitu asyik, menggunakan beberapa melodi Timur Tengah laiknya bernuansakan padang pasir yang terik.

Jujur saya tidak berhenti mengentakkan kaki dan bayangan penari ular ada di kepala. Belum lagi lirik yang puitis dan romantis dengan cara yang berbeda. Fiuh! Lantas mau dikategorikan apa lagu ini? Dangdut? Pop? Pop Dangdut? Ah… Saya tidak terlalu peduli, karena kolaborasi ini sudah cukup membuat saya percaya akan perbedaan genre ataupun karakter suara bukanlah batas tegas yang tidak dapat dilampaui. Ketika kabar Glenn berpulang tersebar, saya kembali mendengarkan lagu ini. Menyaksikannya di YouTube, kaki saya terentak kembali, dan entah bagaimana saya membayangkan jika kami bertiga tengah berjoget tiada henti. Terima kasih Glenn sudah menciptakan lagu ini.

5. Tinggikan (2014) – Farras Mohammad

Beberapa tahun yang lalu saya pernah tinggal di sebuah desa terpencil di daerah Maluku Tenggara Barat. Pengalaman itu sangat membekas dan menjadi salah satu kenangan terbaik dalam hidup saya. Lagu “Tinggikan” milik Glenn Fredly bagaikan pintu masuk yang hampir selalu saya pilih untuk mengakses ingatan tersebut. Saya selalu terhanyut dalam kehidupan desa pesisir yang terasing dari hiruk pikuk kota dalam lirik, “aku dibesarkan oleh angin dan gelombang” . Selain itu, musiknya yang bersemangat juga mengingatkan saya pada harapan orang-orang di desa tersebut untuk terus maju di tengah ketimpangan infrastruktur dan ekonomi. Dengan musik dan segala metafora liriknya, lagu ini akan terus bersanding dengan salah satu memori terbaik di hidup saya.

Selamat jalan, Glenn. Terima kasih atas karya-karya yang akan tetap mewangi di ingatan kami.[]