Di era pra-reformasi, lagu-lagu perlawanan banyak dialamatkan pada model kuasa otoriatarianisme khususnya pada zaman Orde Baru. Akan tetapi, pasca reformasi aksi gerakan juga menjadi lebih variatif seiring dengan absennya musuh bersama. Isu-isu lain terutama perlawanan atas kebijakan pemerintah yang berlangsung di daerah juga mulai banyak dibawa ke permukaan lewat medium musik. idak hanya menelisik bagaimana pengalaman para musisi yang juga terlibat dalam dunia aktivisme, Laras pun ingin menyediakan ruang bagi perspektif yang lebih beragam dari pengamat sekaligus pelaku pergerakan dalam membaca relasi musik dan aktivisme. Bagaimana big picture (gambaran besar) atau landscape hubungan antara keduanya. Corak-corak relasi seperti apa saja yang bisa digali? Apakah kemudian musik hanyalah sebuah alat atau media untuk menyampaikan pesan-pesan pergerakan kepada massa mau pun pemegang kuasa? Atau sebaliknya, apakah aktivisme yang menjadi sumber ide bagi produksi karya musisi?  Atau adakah corak lain yang lebih jauh bisa menjelaskan relasi musik dan pergerakan tersebut? Tanpa menihilkan satu dan lainnya, Laras ingin mengundang pemateri untuk mencatat pola-pola relasi apa saja yang memungkinkan untuk dielaborasi.