“Alamat Palsu” adalah tembang yang mengangkat nama Ayu Tingting ke permukaan. Sebelumnya, tentu saja Ayu tak berbeda dari biduan dangdut kebanyakan, berkeliling dari panggung ke panggung.
Tahun 2006, “Alamat Palsu” terbit sebagai single, sekaligus sebagai judul album penuh dari Ayu Tingting. Tahun ini dapat dicatat sebagai kebangkitan dangdut gaya pantura, tiga tahun berselang dari kemunculan Inul ke permukaan yang dipenuhi kontroversi. Irama-irama dangdut pantura turut terangkat ke permukaan dan diadaptasi oleh pelaku dangdut di televisi. Kebangkitan ini akhirnya membawa diskusi yang lebih jauh tentang bagaimana dangdut gaya pantura telah beroperasi di pelosok-pelosok Jawa, sebelum akhirnya diangkat sebagai “fenomena nasional”.
Lepas dari hal tersebut, saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk kembali mendengarkan album penuh “Alamat Palsu”. Ini adalah masa di mana menerbitkan album musik penuh masih menjadi pertimbangan pelaku industri musik. Berbeda dengan zaman sekarang yang menawarkan karya musik secara eceran, artinya single per single. Seperti kita ketahui bersama cara ini pun memengaruhi bagaimana kebiasaan mendengarkan kita berubah, telinga kita barangkali cepat lelah dalam mengonsumsi musik. Karena cara penyajiannya “eceran”, belum lagi ditambah dengan cara kita memainkan musik dengan platform digital, yang membuat kita dapat meloncat-loncat dalam mendengarkan, belum lagi kalau platform pemutar musik tersebut membatasi kebebasan pendengar. Sebut saja Spotify, yang membatasi skip antar lagu, dan menghadirkan jeda iklan untuk para pendengarnya. Ini adalah model bisnis, jika kita menginginkan kebebasan sepenuhnya maka kita harus membeli layanan premium.
Begitu banyak kompleksitas dalam membaca cara mendengarkan musik di hari ini, tapi saya tidak akan fokus ke sana. Saya hanya ingin memberikan satu tawaran dengaran (bukan pandangan) kepada album yang sudah terbit sekitar 14 tahun yang lalu.
This is Dang
Sebagai catatan, saya mendengarkan album penuh ini dengan menggunakan pemutar musik Spotify, yang telah dioprek sehingga saya bisa mendengarkan lagu tanpa iklan, memilih track sesuka saya. Saya beli jasa ini seharga seribu perak melalui platform belanja online Shopee. Saya menggunakan headphone kelas biasa saja. Saya mendengarkan album ini sesuai nomornya, mengalir dari nomor satu sampai sepuluh; pasrah dan berserah diri.
Album ini dibuka dengan nomor berjudul “Alamat Palsu”, single pertama Ayu Tingting, yang membuat namanya melambung dan hingga kini dia eksis sebagai penyanyi dangdut yang bertaraf “Diva”. Nomor ini menyajikan kekayaan instrumen yang digunakan dalam lagunya. Kendang dangdutnya dominan, teknik yang digunakan dalam mengendang sangat impresif. Sang pemain kendang berhasil menyajikan teknik kendang dangdut klasik, sedikit gaya pong-dut, dan gaya pantura. Transisi antara teknik kendang satu ke yang lain pun sangat mulus. Kendang adalah kunci. Dan begitulah nomor ini berhasil menempatkan kendang pada posisi yang sangat sentral dalam kesatuan lagu ini.
Pada bagian interlude, instrumen gitar melodi dan suara organ kawin dengan sangat mesra. Membikin efek “wah” dalam mendengarkannya. Vokal Ayu Tingting pada album ini masih belum begitu matang jika dibandingkan dengan presentasi vokal yang ia tampilkan hari ini di televisi. Tapi justru dari sana elemen “ting-ting” pun muncul, yang mencitrakan Ayu sebagai gadis belia nan enerjik serta punya vokal yang prima.
This is Dut
Elemen “ting-ting” dari Ayu rupanya tak hanya hadir sebagai pemanis nama. Selama ini ada mitos bahwa penyanyi dangdut musti memiliki nama belakang yang berkarakter dan khas, misalnya Evie Tamala yang konon katanya adalah kependekan dari Tasikmalaya. Namun, kita juga paham kalau tidak semua biduan dangdut menggunakan teknik nama panggung seperti itu.
“Ting-ting” merupakan lagu nomor lima dalam album ini. Lagu ini adalah sebuah pernyataan sikap atas gaya hidup yang diyakini oleh Ayu sebagai individu. “Tingting” bercerita tentang wacana keperawanan yang masih dianggap sakral dan prinsip oleh Ayu. “Pacaran pun baru dan masih malu-malu” menunjukkan kepada kita, bahwa prinsip “pacaran sehat” masih mungkin dilakukan bahkan tanpa bergabung dengan kelompok “Indonesia Tanpa Pacaran”. “Tapi jangan dicoba, coba-coba mencoba. Dilarang. Verboden”. Di bagian interlude instrumen melodi gitar distorsi masuk, dilanjutkan dengan organ, disambung seruling. Semua masuk bergantian, manis sekali.
“Minyak Wangi”, “Jutek”, “Geol Mujair” secara berurutan adalah tiga nomor setelah Alamat Palsu dan sebelum Ting-ting. Minyak Wangi menghadirkan perasaan curiga kepada pasangan ketika melakukan hal-hal yang tidak biasa seperti menggunakan minyak wangi dan minyak rambut, alias berdandan. Minyak wangi membangkitkan teknik bernyanyi selayaknya “humba-humba ulala”, pada lagu Pembuat Teh milik Nugie dengan bunyi “solalilali ula ulala”.
Jutek menghadirkan intro dengan bebunyian semacam gending, dengan kendang yang (tentu saja) sentral dan dipadu dengan bunyi organ khas campur sari; sebuah sentuhan yang sama sekali lain dengan single-nya. Sementara Geol Mujair mengembalikan garis nuansa dangdut Ayu ke nuansa pantura x pongdut x tarling.
This is Dangdut
“Sore-sore” memiliki garis besar nuansa dangdut klasik campur pongdut. Kendangnya tidak bisa Anda lewatkan begitu saja. Dia memanjakan telinga Anda. Selanjutnya, “Tak Kuat” memiliki nuansa yang tidak jauh dari lagu sebelumnya. Lagu ini bicara soal kerinduan kepada kekasih, cocok bagi yang memiliki hubungan LDR.
Nomor berikutnya, “Dangdutan” menghadirkan intro bernuansa dangdut dipadu dengan sedikit elemen hiphop yang lengkap dengan shout yo! yo!,. Lalu kendang pun masuk, dan buyarlah semua intro yang sempat hadir tadi. Ini adalah cerita soal kehidupan dangdut, “Main dangdut-dangdutan di acara hajatan”, adalah pantulan dari kenyataan di mana lokasi dangdut memang banyak pada acara hajatan. “Disenggol, senggol goyang cendol, bukan goyang erotis”. Tentu kita akrab dengan dangdut cendol dawet hari-hari ini, tapi ini tahun 2006, dan Ayu sudah menggunakan terma goyang cendol. Dan bagi yang ingin mencari goyang erotis, silakan minggir!
“Happy”, tidak terlalu spesial, rumusan musiknya nyaris seragam dengan rumus lagu dangdut di masanya. Akan tetapi pemain kendang dalam album ini memang exceptional, lagu ini tetap menjadi hidup. Ceritanya, Ayu jadi gadis sekolahan yang berpacaran dengan teman sekelasnya. Sungguh, tema yang membangkitkan ingatan pacaran masa SMA.
“Sampul Biru”, nomor terakhir dari album ini bercerita tentang surat yang Ayu terima dari kekasihnya. “Datang padaku sepucuk surat bersampul biru / Sebiru hatiku yang kini sedang merindu / Birunya laut, birunya cinta, kini membeku”. Kelak di tahun 2017, dan masih berkumandang hingga hari ini, kita mendengar lagu dangdut berjudul Birunya Cinta, lagu duet yang sangat menawan. Tentu saja kita tidak bisa terburu-buru bahwa frasa birunya cinta hanya milik Ayu, tapi setidaknya kita bisa catat bahwa frasa ini pernah muncul, dan kemudian muncul kembali dengan susunan musik yang sama sekali berbeda. Intro pada lagu ini mengingatkan saya kepada intro lagu berjudul “Jujur” milik Radja. Saya tidak sedang mempermasalahkan hal tersebut, tapi sekali dengar saya langsung teringat susunan nada yang sangat mirip.
Album ini, menurut saya, bisa diposisikan sebagai album pilihan untuk menikmati dangdut secara baik. Posisi kendang ditempatkan pada posisi yang mulia, dan Anda hanya perlu melihat apa yang bisa kendang dangdut lakukan terhadap Anda. Tema dalam lirik yang ada pada lagu-lagu di album ini tidak sepenuhnya saling berkait, tapi secara musikal, album ini bukan album yang gado-gado, campur-baur. Jahitan antar lagu cukup rapi dan semuanya menyajikan musik dangdut yang seutuhnya, yaitu unsur “dang” dan unsur “dut” yang sangat delicate.
Masa-masa sekarang adalah masa-masa yang sulit bagi kita semua. Mendengarkan musik menjadi salah satu kegiatan yang saya pilih untuk mengisi keterbatasan ruang gerak kita hari ini. Dan mendengarkan album Alamat Palsu secara penuh dan khidmat akan membuat Anda yang belum pernah mendengar album ini akan dengan mudah terbawa dari satu lagu ke lagu lainnya. Album ini pun cocok untuk melatih telinga Anda yang kini jadi mudah lelah dalam mendengarkan musik secara tertib dari sebuah album penuh. Tidak melompat-lompat, sekali lagi; berserah diri dan pasrah.
Rating: 4,5/5
Track Favorit: Geol Mujair, Alamat Palsu, Ting-Ting, Minyak Wangi, Sore-Sore.
endessssss baaaaangggg. qiu qiu